Rabu, 05 Desember 2018

Ini adalah puisi tentang tempat kelahiranku, tempat ku hidup, tempat menuai kehidupan kelak, puisi ini aku persembahkan untuk Ulang Tahun Nagariku, Nagari Sungai Kambut.


(Judul) --Tempat Kelahiranku

Penulis: Dodi Abdullah, S.Pd
(2018)
Ilustrasi: Greeaone zone

Masih Terngiang di benakku, masih membekas dipikiranku, masih belum pudar di mataku wahai tempat kelahiranku yang aku cinta dan aku rawat sampai jiwa ini mati, sampai denyut ini berhenti.

Oh tempat kelahiranku yang aku cinta, terlihat luasnya Hamparan sawah membentang, Pohon pun rindang berbaris tegap.

Silir angin tenangkan jiwa
Bak panorama alam seakan manjakan mata, seakan manjakan hidup.

Terdengar alunan merdu burung kecil berkicau tanpa henti lalu mulai mekepakkan sayap membentang melayang tinggi.

Bunga berkelopak merah merona bak Indahnya berkilau di bawah sang surya pagi sampai senja menanti.

Duhai kampung halamanku
Tempatku bernaung, tempatku bermain sampai tua nanti.
Betapa eloknya engkau, betapa pesonanya engkau seperti
Sepercik pesona melambai-lambai.

Kau akan selaluku ingat dan ku kenang sepanjang jalan cerita hidupku, senang dukaku tak perluku sembunyikan padamu.

Jikalau kala jarak rindu melanda, Kala teringat hati merana.

Duhai tempat kelahiranku, elok saat aku besar nanti
Akanku rawat engkau sepenuh hati dan jiwa baru di hati kami
Seperti mawar yang selalu disiram setiap hari mekarnya sepanjang hari.

Tak akanku biarkan kau melayu tersedu, tak akan ku biarkan kau merenung sepi
Sampai nafas dunia ini terhenti.


***
Hari ini, tepat hari Ulang Tahunmu yang ke-9 (9 Desember 2018)
Semoga selalu memberikan warna di kehidupanku, dan selalu menemaniku sampai akhir hayatku.
Salam dari kami, generasi penerus Nagari Sungai Kambut.

Minggu, 02 September 2018

Terimakasihku ucapkan padamu, kau mampu menjadi laki-laki yang sabar menghadapi tingkah-tingkahku. Yang selama ini membuat hatimu jengkel, membuatmu marah.

Tapi percayalah tanpamu aku bukan siapa-siapa, tanpamu aku tidak sempurna sebab, bersamamu aku merasakan apa itu yang nama kesempurnaan.

Dan aku bangga menjadi kekasihmu, semoga kau menjadi "imam" di keluaga kecilku esok, dan semoga doa-doaku dikabulkan Tuhan di atas sana.

Di tahun ini, ada kebahagian yang membuatku dan keluargamu bangga, di tahun ini namamu bertambah dari Dodi Abdullah menjadi Dodi Abdullah,S.Pd.

Semoga amanah yang baru ini berkah.
Bahagiakan orangtua dan jangan lupa aku tunggu kamu untuk meneruskan hubungan ini ya. -hehehe-


Maafkan tingkahku yang kadang-kadang membuatmu tidak nyaman. Aku sayang kamu :*


Foto: Wella Fatimah
***
Selamat ulang tahun "calon" Imamku, semoga kau tidak peranh bosan menghadapi tingkahku, tidak peranh bosan untuk bersamaku.

Selamat Milad Sayangku. (Dodi Abdullah, S.Pd)



Dari orang yg selalu membuat mu jengkel dan slalu setia mencintaimu

***
03 september 2018
---Wella fatimah

Jumat, 27 Juli 2018



**
Panjangmu tak sepanjang bidikan senjata, kokohmu tak sekokoh artileri,
Tajammu tak setajam pedang tizona dan gertakanmu tak setegar suara pesawat perang

Tapi panjangmu, sama seperti panjangnya sejarah Indonesia, kokohmu sama seperti kokoh semangat para juang kemerdekaan, tajammu setajam niat para pejuang, dan gertakanmu  mampu mempuat penjajah terbirit-birit kabur

Kau bagaikan alung yang di sana dilempar dengan bidikan hati, dan kau mampu mengoyak isi dada tentara penjajah

Darah di ujung tandukmu membuat tangisan bahagia diseluruh pelosok desa, demi mengusir penjajah, demi kemerdekaan bangsamu.

Kini kau jangan tersipu sepi, takan lagi kau terdiam dan membisu. Kami di sini, sebagai bangsa yang kau merdekakan, akan mengenang perjuangan yang kau ciptakan.

Tangan yang dahulunya menggenggam kesaksianmu, akan terus hidup di kalbu bangsamu.

Artimu sangat besar di bangsa ini, semangatmu sangat besar di jiwa kami, perjuanganmu akan kami kenang di hati, takkan ada yang pernah menyirnakanmu dari pikiran, sedikit pun takakan kami lupakan.
---------------------
Karya: Dodi Abdullah
28 Juli 2018

Kamis, 26 April 2018


                 
Ilustrasi: independent.co.uk


***
Untaian musik mengiringiku dalam imajinasi
memecah ombak di hati yang dalam seakan menelusuri sunyi yang terbungkam

Inginku dalam hati seakan mengkoyak jiwa yang tertunduk dan segumpal keinginan demi menyongsong hari depan bersama yang tertercinta

Dengungan berita tak lagi terdengar
Bagaikan lagu dalam kesunyian sepi
Seakan hasrat jemari ini ingin menggengam kesatuan keadilan

Tapi dibungkam dengan tak bersuara
memang, niat baik tak selalu berlaga
demi mencapai suatu keniknatan semata
golongan tua berseru akan indahnya kehidupan kubur, tapi golongan muda justru menjadi tandatanya terciptanya kemakmuran

Imajinasi mulai kabur dalam ruang kepala
Tak tahu rimba dan tak tahu rupanya
seolah tak memberi kabar lagi keesokan harinya 

Imajinasi memang indah, tapi indahnya tak terasa walaupun didepan kelopak mata

**
Karya: Dodi Abdullah
Padang 26 April 2018