Senin, 13 November 2017

Penulis:  Dodi Abdullah

***

(Spesial untuk Ibuku)

Siapa yang tak tahu kehebatan seorang Ibu, kehebatan yang luar biasa yang dititipkan Allah untuk menjaga generasi penerus untuk tumbuh.

Dari gumpalan air suci hingga menjadi manusia seutuhnya.

Bukan cuma sebatas menjadi manusia saja, bahkan setelah menjadi manusia ia (Ibu) pun mengajarkan manusia yang bersifat manusiawi untuk kehidupan yang baik esoknya.

Tak penting untuk dirinya, yang terpenting untuk anaknya, dalam hidupnya menjaga anaknya dan menjadi pembela hidup dan mati demi kita.

Itu telah Ibu buktikan ketika kita masih dalam kandungan dan ketika Ibu berusaha sekuat tenaganya untuk melahirkan kita.

Betapa spesialnya kita oleh Ibu.

Lelah dan letih tak ia pikirkan demi tujuan yang sangat baik, agar anaknya bisa hidup dan bahagia.

Sehat selalu Ibu, bidadariku, panutanku.
Kesabaranmu tak ada yang menandingi, kelembutan hatimu tak ada yang menyaingi.

IBU pahlawanku.

Rabu, 06 September 2017

(alm) Munir Said Thalib

***
Pada tanggal 07 September 2017 ini, tepat 13 tahun (alm) Munir Said Thalib meninggalkan kita, dengan kematian yang tidak wajar.  Hidupnya dirampas oleh oknum penguasa dan dibungkam demi memerangi kebaikan yang diperbuatnya sewaktu hidup.
Seperti yang saya kutip di Buku, Judul: Menolak Lupa (Jejak-Jejak Penguasa yang Takkan Terlupakan)


Penulis: Faidi A. Luto


"Mereka merebut kuasa, mereka menentang senjata, mereka menembaki rakyat tetapi kemudian bersembunyi di balik ketiak kekuasaan. Mereka gagal untuk Gagah mereka gagah hanya di baju. Tetapi di dalam tubuh mereka ada sesuatu kehinaan". Demikian kata-kata almarhum aktivis kemanusiaan, Munir ketika bertemu di depan Kejaksaan Agung atas putusan bebas kasus Tanjung Priok.

Munir dikenal sebagai aktivis kemanusiaan yang memperjuangkan keadilan ia berdiri menentang kesewenang-wenangan membela rakyat kecil dan pejuang kemanusiaan yang tak kenal lelah.

Pria asal Malang yang bernama lengkap Munir Said Thalib itu namanya semakin dikenal publik setelah menjabat dewan kontras, di mana ia membela para aktivis yang hilang (diculik).
Tetapi Kini kita tidak lagi bisa melihat Munir dengan gagah memperjuangkan keadilan membela hak-hak rakyat kecil yang dipasung. Munir telah dibunuh pada tahun 2004. Siapa pembunuhnya? Adakah permainan politik di balik tewasnya Munir?

Di atas pesawat Garuda dengan nomor GA-974 yang ditumpangi, Munir seolah berpamitan kepada kita semua di atas pesawat itu, ia tewas. Kepergiannya menuju Amsterdam untuk melanjutkan kuliah pasca-sarjana ternyata menjadi "kepergiannya" yang terakhir. Ya, Munir yang aktivis Pro kemanusian itu telah tiada dan kisahnya terajut dalam banyak buku.

Pmbunuhan terhadap Munir termasuk pembunuhan yang canggih dan termasuk yang terbesar dalam sejarah republik ini.
Kategori "canggih" itu ialah kesulitan dalam menentukan Tempatnya Kejadian Perkara (TKP). Tanggal 11 November 2004 keluarganya di Malang mendapatkan informasi dari media Belanda bahwa hasil otopsi Munir yang dilakukan oleh Institut Forensik Belanda membuktikan bahwa ia meninggal akibat racun arsenik dengan jumlah dosis yang fatal.

Muhammad Taufik, SH., MH, dalam tulisannya yang bertajuk "Misteri Pembunuhan Munir" (Suara Merdeka,07/05/2007 menyebutkan bahwa dalam kasus pembunuhan Munir terdapat beberapa misteri yang selama ini belum berhasil diungkap.

Pertama, Mengapa selama ini pihak kepolisian hanya intens mengarahkan penyelidikannya ke pihak Garuda bukan kepada BIN?

Kedua, Mengapa mayat Munir baru dua bulan dikembalikan pemerintahan Belanda ke Indonesia pada awal November 2004, padahal Ia dibunuh pada penerbangan Jakarta-Amsterdam via Singapura pada 7 September 2004, meski pada waktu itu pemerintahan Belanda berdalih untuk otopsi tetapi Mengapa otopsi begitu lama sampai 2 bulan apakah tidak akan menghilangkan berbagai barang bukti yang seharusnya bisa segenap terungkap?

Ketiga, sesuai dengan ilmu forensik, barang bukti bisa berupa darah maupun organ tubuh. Apa tidak mungkin darah dan organ tubuh Munir telah diganti dengan milik orang lain oleh tim forensik Belanda? Berkaitan dengan pertanyaan itu, seharusnya maka Munir dibongkar kembali tetapi Apakah setelah dua tahun dikubur dan telah dilakukan outopsi total oleh tim forensik Belanda masih bisa lagi diketahui penyebab kematian Munir?

Terdapat banyak permainan politik dalam kasus kematian Munir. Pada 20 November 2004, Suciwati pernah mendapatkan sebuah ancaman. Istri tercinta Munir itu dikirimi sebuah paket bungkusan dengan isi kepala ayam, ceker, kotoran ayam yang sudah busuk, disertai dengan nada ancaman yang isinya, "Awas!!! Jangan libatkan TNI dalam kematian Munir mau menyusul seperti ini"?

Ancaman itu semakin menguatkan bahwa kematian Munir adalah "pesanan" semacam skenario yang dikonsep dengan matang. Itulah sebabnya, lembaga imparsial dan kontras yang didirikan oleh Munir mengutuk ancaman atau teror tersebut. Menyikapi ancaman itu, Imparsial dan kontra serta Suciwati sebagai pihak keluarga Munir mengeluarkan pernyataan pers yang berisi sebagai berikut:

1. Peristiwa tersebut adalah bentuk teror yang ditunjukkan kepada keluarga (alm) Munir dengan tujuan mengancam dan menghambat agar proses pengusutan kematian aktivis HAM Munir yang masih sedang berjalan tidak ditindaklanjuti.

2. Peristiwa tersebut adalah bukti yang memperkuat dan membenarkan dugaan kami bahwa kematian aktivis HAM Munir bukan disebabkan karena kematian yang alami atau hanya sebatas tindak kriminal biasa. Tetapi lebih menjurus pada tindakan pembunuhan yang bermotif politik yang dilakukan oleh orang-orang yang profesional dan terencana.

3. Adanya pesan yang tercantum di dalamnya adalah sebuah pesan yang di satu sisi ingin mendiskreditkan institusi TNI dengan perusahaan melibatkan TNI dalam kematian Munir. Namun, disisi lain,
pesan tersebut sesungguhnya juga ingin menyampaikan dan mengarahkan pemikiran kepada kami bahwa memang TNI terlibat dalam kematian Munir.

Selain poin-poin tersebut, pernyataan pers tertanggal 21 November 2004 itu berisi juga tentang Desakan kepada pemerintah agar serius Menindaklanjuti pelaku teror itu.

Kematian Munir adalah sebuah tragedi. Di tengah bangsa ini membutuhkan sosok yang tulus dan penuh dedikasi dalam memperjuangkan hak asasi, justru Munir "disingkirkan" karena dianggap sebagai duri. Kematian Munir tentu saja menjadi preseden buruk bagi masa depan bangsa ini. Apalagi pengusutan secara hukum terkesan lamban dan tidak benar-benar serius.

Perjuangan atau dedikasi Munir yang begitu besar patut diapresiasi. Mereka yang memiliki jiwa yang bening bersih pasti akan selalu mengenang Munir. Sebelum film dokumenter pernah diluncurkan sebagai bentuk apresiasi penghormatan dan penghargaan atas perjuangan Munir. Film bertajuk "bunga dibakar" karya Raditya adalah salah satu film dokumenter yang dipersembahkan untuk mendiang Munir. Film tersebut diluncurkan di Goethe Institut, Jakarta pada tanggal 8 September 2005.

Film tersebut mengungkapkan tentang pembunuhan Munir di sebuah era bernama demokrasi. Sebuah era yang menjamin kebebasan dan keterbukaan. Selain itu film tersebut juga bercerita tentang masa kecil Munir yang suka berkelahi layaknya anak-anak lain dan tidak pernah menjadi juara kelas.
Juga ditampilkan Munir dibunuh di era demokrasi dan keterbukaan serta harapan akan hadirnya sebuah Indonesia yang dicita-citakannya mulai berkembang. Semangat inilah yang ingin diungkapkan lewat film ini.

Selain film dokumenter Ratrikala Bhre Aditya itu, Garuda's Deadly Upgrade juga diluncurkan sebagai satu film dokumenter yang dipersembahkan kepada munir. Film tersebut dibuat atas kerja sama antara Dateline (SBS TV Australia) dan Off Stream Production. His Story (2006) menyusul kemudian sebagai salah satu film dokumenter yang bercerita tentang proses persidangan Pollycarpus dan fakta-fakta yang terungkap di pengadilan.

Film-film dokumenter itu dibuat sebagai wujud apresiasi dan cinta kita kepada Munir. Dibunuhnya Munir adalah kenyataan yang sulit kita terima, terutama di tengah pincangnya penegakan hukum dan dikebirinya hak-hak asasi manusia di negara ini.

Jumat, 25 Agustus 2017


ilustrasi: Korupsi


***

Sudah delapan belas tahun berjalan sejarah reformasi di Indonesia dengan membawa beberapa agenda yang menjadi cita-cita seluruh bangsa.

Berbagai usaha dan program telah dilakukan dalam rangka pemberantasan korupsi, mulai dari membuat undang-undang anti korupsi sampai mendirikan lembaga dan institusi yang berhubungan dengan kegiatan pemberantasan dan upaya pencegaahan tindakan atau perilaku tersebut, yang dinamakan KPK yaitu Komisi Pembrantasan Korupsi.
Pemberantasan seperti apa yang dimaksud? Dan korupsi seperti apa?

Namun, dalam kenyataannya perilaku korupsi makin marak dan makin beragam bentuknya. Makin banyak para pejabat dan mantan pejabat yang sudah diproses oleh KPK. Untuk kemudian banyak lagi muncul kasus baru.

Bentuk-bentuk perilaku masyarakat yang menyimpang dari norma-norma kepatutan sudah semakin dianggap hal yang wajar.

Mulai dari amuk massa, prilaku agresif dan kekerasan kelompok, penjualan orang, pencurian, prostitusi, fitnah dan kriminalisasi sampai memang perilaku para pemimpin yang korup dan tidak malu merasa diri tidak bersalah di hadapan publik, padahal bukti dan fakta tidak bisa dibantahkan. Lalu sibuk mencari pembenaran dan kambing hitam dengan menyalahkan orang lain.

Pertanyaannya, apakah perilaku korupsi di Indonesia ini sudah menjadi penyakit yang sangat kronis sehingga juga membutuhkan penanganan yang sangat intensif dan memerlukan sistem perawatan serta pengobatan dengan dosis yang lebih dari tindakan setengah-setengah?

Jawabannya tentu saja “iya!” kalau semua pihak menganggap bahwa fenomena korupsi ini sudah menjadi penyakit sosial atau perilaku sosiopatik yang mengkhawatirkan karena mengakibatkan kondisi keuangan negara dalam keadaan gawat darurat.

Dalam kajian Patologi Sosial, perilaku korupsi termasuk suatu tindakan atau perilaku yang menyimpang atau deviasi sama dengan tindakan kriminal lainnya seperti; perjudian, pelacuran, perkosaaan, pencurian, pembunuhan dan lain lain.

Bahkan dalam pembahasan kesehatan mental dan Psikologi perilaku tersebut termasuk dalam mental yang tidak sehat dan perilaku menyimpang dan gangguan-gangguan kontrol diri.

Kehidupan masyarakat modern yang sangat kompleks telah menumbuhkan aspirasi-aspirasi materil yang tinggi dan sering disertai oleh ambisi-ambisi sosial yang tidak sehat.

Keinginan untuk pemenuhan kebutuhan materil kekayaan dan barang-barang mewah tanpa mempunyai kemampuan untuk mencapainya dengan jalan wajar, mendorong individu untuk melakukan kriminal.
Korupsi

Secara bahasa, kata “korupsi” berasal dari kata corruptio (Latin) kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.

Kata ini sebenarnya sudah dipakai sejak zaman para filosof Yunani kuno. Aristoteles misalnya, memakai kata itu dalam judul bukunya De Generation et Corruptione.

Dalam pemahaman Aristoteles, kata korupsi yang ditempatkan dalam konteks filsafat alamnya lebih berarti perubahan, perubahan dalam artian negatif, perubahan ke arah kerusakan atau pembusukan.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele hingga berat, terorganisasi dan tidak terorganisasi.

Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, prostitusi dan korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.

Berdasarkan pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-unsur sebagai berikut:
• perbuatan melawan hukum;
• penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana;
• memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;
• merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Selain itu dari pihak penguasa atau pejabat Negara perilakunya bisa berupa:

• memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);
• penggelapan dalam jabatan;
• pemerasan dalam jabatan;
• ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara);
• menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Penanggulangan Kemiskinan, HS Dillon mengatakan, “Corruption is stealing from the poorkarena koruptor tak bisa mencuri dari orang kaya. Koruptor membuat rakyat tak pernah bisa beranjak dari kondisi kemiskinannya karena apa yang seharusnya menjadi milik mereka justru dicuri.”( Kompas, 2011).

Korupsi dalam artian lebih besar bukan hanya korupsi duit, tetapi ketidakberpihakan pemerintah kepada rakyat.

Faktor penyebab

a. Korupsi dalam pandangan Sosial budaya

Mohammad Hatta mengatakan bahwa korupsi adalah masalah budaya, artinya bahwa korupsi di Indonesia tidak mungkin diberantas kalau masyarakat secara keseluruhan tidak bertekad untuk memberantasnya.

Secara historical sisa -sisa budaya dalam sistem feodal yang menganggaap, menerima sesuatu dari rakyat, walaupun untuk itu rakyat sendiri harus berkorban dan menderita, tidaklah merupakan perbuatan tercela dan penerimaan itu jelas tidak dapat dimasukkan sebagai perbuatan korupsi karna dianggap “wajar”.

Artinya, kebudayaan bangsa Indonesia dewasa ini masih belum berubah ke arah menolak sama sekali sistem.

b. Korupsi dalam pandangan Politik

Pada umumnya korupsi dimasukkan orang sebagai masalah politik karena menyangkut penyalahgunaan (misuse) kekuasaan publik untuk kepentingan pribadi.

Pemerintah telah merumuskan UU Anti Korupsi yang terdiri dari empat unsur penting, yaitu unsur penyalahgunaan wewenang, unsur memperkaya diri sendiri atau korporasi, unsur merugikan keuangan negara dan unsur pelanggaran hukum.

Kalau terjadi tindak korupsi, pelakunya langsung bisa dijerat dengan tuduhan atas empat unsur tersebut. Adapun pengertian lain tentang korupsi dirumuskan oleh Robert Klitgaard.

Klitgaard merumuskan bahwa korupsi terjadi karena kekuasaan dan kewenangan tidak diimbangi dengan akuntabilitas (pertanggung jawaban), sehingga dapat dirumuskan:
C = M + D – A
Corruption = Monopoli + Diskresi – Akuntabilitas.

c. Korupsi dalam pandangan Psikologi

Secara umum munculnya perilaku dalam teori psikologi adalah hasil fungsional antara faktor personal yang bersifat internal dengan faktor enveronmental yang bersifat ekternal, dengan rumus B=f ( P x E).

Faktor personal sebagai atribut individual terdiri dari; kognitif, affektif, personality, sikap, belif, motivasi, sosial skill dan lain-lain sedangkan faktor eksternal, adalah lingkungan sosial, budaya, agama, pendidikan, gaya hidup dan yang lainnya.

Teori ini bisa dipakai dalam memahami perilaku korupsi, salah satu atribut individualnya adalah masalah motivasi. (Djamaludin ancok, 2004) merujuk pada teori motivasi berprestasi dari Mc Clelland, motivasi berprestasi adalah dorongan pada individu untuk meningkatkan prestasi kerjanya karena individu yang memiliki motivasi berprestasi yan tinggi akan selalu ingin mengerjakan sesuatu dengan sebaik-baiknya dengan meletakkan standar yang tinggi pada kualitas hasil pekerjaannya.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi suka dengan tantangan dan tidak puas dengan hasil kerjanya yang setengah-setengah atau mutu yang rendah, disamping itu mereka mengunakan cara-cara yang a-moral atau jalan pintas dalam mencapai tujuannya.

Penelitian yang menghubungakan antara motivasi berprilaku a-moral (mencuri, menipu, dll) dengan motivasi berprestasi, melihatkan hubungan negatif. Artinya individu yang motivasi berprestasinya tinggi tidak menyukai perbutan yang a-moral (Djamaludin ancok, 2004).

Sebaliknya individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah, akan bekerja asal jadi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan yang besar dengan bekerja santai, malas-malasan tetapi tetap menerima gaji yang besar, kalaupun gajinya kecil mereka menjadiikannya alasan untuk malas bekerja dan melakukan pembenaran untuk menggunakan wewenangnya dalam mendapatkan uang tambahan, pelicin suap dan sebagainya.

Penyebab dari faktor eksternal salah satunya adalah berdasarkan perhitungan pendekatan rasional-analitis, tindakan korupsi tersebut adalah hasil dari realisasi keputusan yang telah diambil berdasarkan pada faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan tersebut seperti rumus tindakan kejahantan yang telah di paparkan sebelumnya yaitu, SU=
Dalam rumus ini SU (Subjective Utility), yaitu pertimbangan pelaksanaan pelaku korupsi dilakukan atau tidak tergantung dari p(S) (Probability of Success) sejauh mana kemungkinan akan keberhasilannya ditambah faktor G (Gain) yaitu besar atau kecilnya keuntungan yang akan diperoleh kemudian pertimbangan p(F) (Probability of Fail) yaitu besar atau kecilnya kemungkinan akan kegagalan dan factor L (Loss) yaitu besar atau kecilnya kerugian yang akan di terima jika tertangkap atau diketahui.

Jika kemungkin besar berhasil lebih tinggi dari kemungkinan gagal, karena kekuasaan dan wewenangnya, kemudian di tambah dengan kemungkinan mendapatkan keuntungan yang besar dari kerugian, karena korupsinya milyaran, hukumamnya hanya, 2 sampai 7 tahun dan akan banyak lagi potongan remisi segala macam serta fasilitasnya berbeda dengan napi lain kalau ketangkap, maka kemungkinan untuk korupsi akan semakin besar pada diri individu.

Selain faktor di atas banyak lagi aspek psikologis yang menyebabkan seseorang untuk melakukan korupsi, personality yang tidak sehat, tidak mandiri, lokus of control terhadap prilaku yang rendah, ketidak matangan emotional, proses berfikir jangka pendek, pengaruh kelompok sosial, gaya hidup yang hedonism dan lain sebagainya mendorong seseorang untuk berprilaku menyimpang dan menghalakan segala cara.

d. Korupsi Sebagai Patologi Sosial

Indonesia termasuk memiliki sumber daya alam yang kaya, tetapi karena pemerintahannya tidak dapat mengelolanya dengan sistem manajemen yang baik sehingga keuntungan dari kekayan itu hanya sedikit yang dapat dinikmati oleh rakyat.

Pemerintah justeru memperbanyak hutang untuk pembanggunan dan mencukupi pemasukan negara sehingga rakyat pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Kemiskinan yang berkepanjangan menumpulkan kecerdasan dan kreatifitas bahkan menimbulkan sikap-sikap hopless putus asa sehingga banyak yang mencari jalan pintas untuk mengatasi ersoalanya dengan perilaku menyimpang dan menghalalkan segala cara, mencuri, merampok, berjudi masuk terjerembap dalam kurungan keyakinan mistik, fatalism dan lain-lain.

Kepercayaan terhadap pentingnya nilai-nilai prestasi, kerja keras, kejujuran, dan keterampilan, kecerdasan semakin memudar karena kenyataan yang ditemui dalam kehidupan masyarakat menunjukkan yang sebaliknya, banyak mereka yang kerja keras, jujur dan pandai, tetapi tetap saja miskin dan menjadi orang pinggiran hanya karena mereka datang dari kelompok keluarga yang tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh, pedangan kecil dan pegawai rendahan.

Sementara itu, banyak yang mendapatkan kekayaan dengan mudah aman walau tidak jujur, kerja santai, tidak kreatif karena mereka datang dari kelompok elite atau berhubungan dekat dengan para pejabat, penguasa, dan para tokoh masyarakat.

Akibatnya, muncul keyakinan pada masyarakat bahwa tidak perlu jujur, karena orang jujur tidak akan mujur, tidak perlu pandai karena yang dibutuhkan berpandai-pandai, tidak perlu kerja keras karena dengan jalan korupsi kolusi dan nepotisme, meyuap, menjilat lancar semua urusan.

Kepercayaan terhadap pentingnya kecerdasan intelektual pun menurun karena hanya dipakai para elite untuk membodohi masyarakat saja. Pengaruh media dan gaya hidup yang materialistis berlebihan sebaliknya, menjadikan masyarakat menjadi lebih percaya adanya peruntungan hingga menempuh jalan-jalan instan yang berbahaya, budaya memanipulasi dan budaya permisif terhadap penyimpangan sehingga perdukunan, perjudian, kejahatan dan perilaku menyimpang lainnya dalam berbagai bentuk semakin marak di mana-mana.

Disamping itu persoalan penegakan hukum yang tidak tegas, pandang bulu, tebang pilih makin menjadi reinforcement penguatan perilaku menyimpang tersebut karena masyarakat menilai hukuman bagi para koruptor itu sangatlah ringan. Mencuri miliaran s/d triliunan hanya dihukum beberapa tahun saja, bahkan banyak kasus besar yang merugikan negara hingga triliunan dan hingga kini masih tidak jelas penyelesaiannya, ataupun sangat sedikit koruptornya yang telah disidang atau dipenjara.

Akhirnya masyarakat merasa bahwa tetap menguntungkan menjadi pejabat korup walaupun tertangkap karena hukumannya beberapa tahun saja, seterusnya dia dapat hidup nyaman karena dipenjara juga bias hidup enak dengan fasilitas yang elit, dan akan mendapatkan remisi pada setiap hari besar agama dan kenegaraan, apa lagi kalau tidak terbukti di persidangan atau malah tidak ketauan maka beruntunglah orang-orang seperti itu.
Dalam tinjauan Psikologi, seorang pemimpin dan pejabat yang, menghalalkan segala cara, dan menumpuk kekayaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok (Keluarga, suku, klan, Partai)nya, adalah termasuk kedalam kategori orang yang sakit secara mental.

Banyak pemimpin yang abnormal pembawa bibit penyakit mental, seperti sikap tidak jujur, korup, tidak pernah puas dengan kekayaan, mereka bahkan menularkan penyakit sosial ini kebawahan dan bahkan ke lingkungan sekitarnya.

Pemimpin-pemimpin yang sakit secara sosial itu adalah cerminan dari masyarakat yang tengah sakit pula. Kenapa? Karna mereka hadir dan muncul serta dipilih oleh masyarakat yang sangat pragmatis dan bahkan oportunis.

Akhirnya sikap-sikap seperti di atas yang memperparah korupsi sebagai pathology sosial, pemahaman masyarakat tentang korupsipun akhirnya ikut terdistorsi. dari awalnya masyarakat menganggap perilaku korupsi itu sebagai pathology sosial, suatu penyimpangan, penyakit masyarakat, saat ini masyarakat merasa orang tidak mungkin eksis kalau terlalu jujur.

PENUTUP

Kartono (1997) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara.

Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman.
Kalau dahulu, masyarakat melihat dan menilai perilaku menyimpang seperti korupsi dari sudut pandang moralitas, yang bertentangan dengan nilai-nilai norma dan Agama saja.

Akan tetapi saat ini para Psikolog sosial menyebut perbuatan korupsi dan berbagai penyimpangan sejenisnya sebagai Patologi Sosial.

Korupsi dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya, muncul dari kebiasaan yang salah dari seorang individu, yang mana kebiasaan yang dilakukan secara terus menerus akan dianggap sebagai suatu yang lumrah dan akhirnya menjadi budaya buruk yang tumbuh di masyarakat.

Berbicara tentang korupsi, seringkali respon dari kebanyakan masyarakat bersikap hopless, bahkan ada yang menganggap biasa, lain halnya kalau kita berbicara tentang seorang pencopet atau maling ayam yang tertangkap, maka hujatan dan sumpah serapah terhadap pencopet dan maling sial tersebut akan berhamburan.

Mengapa hal tersebut dapat terjadi ? Karena sebagian besar dari masyarakat kita tidak menyadari bahwa sebenarnya uang yang dicuri oleh para koruptor tersebut adalah miliknya juga, dan ada haknya didalam yang hilang akibat perbuatan korupsi yang dilakukan oleh orang-orang itu.



[Puisi Karya : Dodi Abdullah]

Ilusrtasi: Pembaca Puisi


(15/08/2017)

***


Pahlawanku, pahlawan kehormatan
Pahlawan superior
Terimakasih atas segala pengorbananmu
Terimakasih atas semangat juangmu
Terimakasih atas jiwa besarmu
Sampai detik ini terasa perjuanganmu 

Kobaran semangatmu bergilir menjadi tangis karna kami, 
kami yang hanya perusak, 
kami yang hanya bisa berucap, 
hingga tak tahu apa-apa

Hingga Kau tumpahkan darahmu
Sampai mencabik arang kau tak pikirkan itu demi bangsamu
Dan demi melantangkan kemerdekaan

Aku tahu itu karna kebahagian kelak bangsamu
Aku tahu usahamu tak sia-sia pahlawanku
Dan aku tahu, tumpah darah ini kau lepas dengan senyuman gembira

Hari yang engkau harapkan
gemilang menghampiri jiwa 
Jiwa yang tak tahu malu
Jiwa yang sombong
Jiwa yang telah mengotoro kemerdekaanmu

Hari ini, pengingat itu datang lagi
Teringat bahanamu yang getarkan jiwa
Teringat semangatmu yang tersiram darah
Demi sepicik kata 
Demi seuntaian kata
Demi senada bahasa

MERDEKA

Kamis, 24 Agustus 2017

[Penulis: Dodi Abdullah]



Ilustrasi: NET*


***
Kelas kecil bersuasana hening, hanya terdengar bising bunyi suara pena di atas kertas yang membentang di bawah tangan-tangan yang bersemangat.
Aktivitas ini dilakukan seiring seragam putih abu-abu mereka terlihat terang; terkena pancaran sinar mentari pagi.

Saya berada di salah satu SMA Negeri yang menjadi salah satu sekolah rujukan.
Kata orang, SMA Rujukan merupakan SMA yang Bunga Mawarnya berwangi Bidadari.

Tapi kata saya, “SMA Rujukan adalah dimana sikap dan tingkah laku Bunga Mawarnya sangat disiplin, serta haruslah mencerminkan ‘soft skills’ yang begitu terang dan baik hingga laik untuk dicontoh. Kedalaman pemikiran siswa-siswanya juga suatu hal yang selalu dipertanyakan hingga menjadi tuntutan”.

Pagi ini saya mengajar di lokal XI IA 2.
Sejatinya, menurut jadwal yang telah ditentukan, hari ini tugas saya hanya sebagai guru piket. Namun, karena guru yang mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia yang bersangkutan berhalangan hadir, saya mendapatkan tugas tambahan untuk menggantikan beliau.

Dari kejauhan sebelum memasuki kelas ini, saya melihat mereka ada yang bersenda gurau, ada yang diam membaca buku, dan ada pula diantara mereka yang membunuh kebosanan dengan memainkan ponsel pintar.

Dengan perasaan bangga dan penuh percaya diri saya memasuki kelas dan mengucapkan salam dengan suara lantang.

Melihat saya memasuki kelas mereka kembali duduk di bangku masing-masing, saya memberikan mereka sebuah tugas yang diamanatkan oleh guru pengampu mata pelajaran.

Ketika tugas telah saya berikan, suasana menjadi hening mereka khusyuk mengerjakan tugas itu. Di luar terdengar bunyi kicau Burung yang seakan menyemangati mereka untuk mengerjakan tugas.

Sayup-sayup terdengar pula suara bising di lokal yang berada di sebelah lokalku saat ini, lokal mereka sedang belajar Bahasa Inggris, saya kenal betul mereka sedang belajar ‘Speaking’.

Saya tersenyum manis melihat mereka yang terus semangat menyelesaikan tugas. Pena-pena mereka tiada henti bergerak meluncur menuliskan untaian retorika hasil pikiran di atas kertas putih.

Pikiran saya melayang, membawa kembali ke masa sekolah dulu. Saya tertegun bertanya “mengapa dulu saya kurang bersungguh-sungguh dalam belajar?” saya melihat ke sudut ruangan, saya kembali membayangkan bagaimana saya dulu “menggerak-gerakan kursi ke depan dan ke belakang karena resah menunggu akhir pelajaran”

Tiba-tiba saya dibangunkan oleh suara bising mereka yang telah selesai mengerjakan tugas hendak mengumpulkannya, saya tersadar kembali, dengan riang mereka memberikan tugas, lalu kembali ke kursi menunggu guru selanjutnya masuk kelas.

Saya meninggalkan kelas dan kembali duduk di ruang piket, kenangan dan siswa membuat saya ingat kembali masa-masa SMA saya, saya buka sebuah catatan harian, pada lembaran ketiganya saya menemukan sajak yang sengaja saya tulis untuk membunuh kebosanan di saat jam pelajaran sekolah kala itu.

Bait-bait tertanggal 17 Mei 2011.

Bunyinya begini:
Apakah kita akan selalu membiarkan Ilmu hanya untuk datang lalu pergi meninggalkan kita, sementara saja?
Kapan ini berlalu, kapan ini terhening, kapan ini berhenti, kapan ini akan menginspirasi, dan kapan akan terjadinya tabrakan ilmu yang sangat hangat?
Saya terdiam!
Kepada siapa akan saya lontarkan apa yang ada di dalam pikiran?
“Pikirkan apa yang di katakan, dan jangan katakan apa yang dipikirkan”.
Dengan keganasan tatapan mata, aku mulai sadar akan banyaknya ilmu yang tersimpan pada sebuah kapal.
Kapal yang seakan tak ada hentinya meluncur bagaikan badai.
Begitu ilmu yang kami rasakan.

— Dodi Abdullah, 14 September 2016

[Penulis: Dodi Abdullah]

ilustrasi: google
***
Banyak kosa kata ilmiah baru yang saya dapatkan ketika berkumpul maupun ketika bersenda gurau dengan teman-teman dari golongan “pemuda” baik itu dalam suatu organisasi, forum diskusi, komunitas maupun perkumpulan-perkumpulan lain di luar itu.

Kata pemuda, sebuah kata yang sarat makna, sangat besar harapan serta peran yang disandangnya. Sebelumnya, kita terlebih dahulu harus tahu apa itu “Pemuda” dan bagaimana kriteria seseorang itu bisa dikategorikan ke dalam/sebagai pemuda itu sendiri.

Baiklah,
Definisi pertama, pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya.
Kedua, secara internasional,WHO menyebut sebagai “young people” dengan batas usia 10–24 tahun, sedangkan usia 10–19 tahun disebut ”adolescenea” atau remaja.
Ketiga, menurut International Youth Year yang diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15–24 tahun sebagai kelompok pemuda.
Definisi yang keempat, pemuda merupakan individu dengan karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun kultural.
Terakhir, menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini disebut dengan semangat pembaharu.

Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam.

Definisi tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/kaum muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif.
Seperti yang saya pelajari di kampus dikala itu. Pemuda dikatakan agent of change, sosial control dan penjemput perubahan.

Baik dalam forum diskusi , organisasi dan ikatan-ikatan pemuda, haruslah tercipta lapangan yang dijiwai semangat muda yang progresif seperti ini. Tujuannya: pemuda bersatu untuk kemajuan umat dan generasi.

Lalu ada yang bertanya, bagaimana pemuda bisa merubah suatu sistem dan bagai mana pemuda bisa merubah bangsa untuk lebih baik?

Nah, itu sudah bisa kita jawab selaku pemuda-pemuda yang ingin merubah bangsa dan untuk melanjutkan estafet pembangunan yang sudah ada di daerah masing-masing.





FP3D

Sedikit menyinggung tentang sebuah organisasi yang ada di daerah saya Kabupaten Dharmasraya belum lama ini, organisasi yang disahkan atas nama forum itu. Namanya FP3D (Forum pemuda pemudi peduli Dharmasraya).

Kenapa saya mengambil contoh FP3D yang berada di Dharmasraya?
Karena disini ada terlihat sisi-sisi positif pemuda-pemuda dari daerah yang antusias dalam berorganisasi dengan tujuan memajukan daerah di masa depan (Primordialisme sekali! heehee).

Saat pemuda-pemuda tadi masih aktif di bangku perkuliahan masih sibuk dengan study mereka, dengan semangat menggebu mereka sempatkan untuk berpartisipasi terjun ke masyarakat, caranya bersinergi dengan pemuda daerah setempat. Mereka ingin sekali memiliki hubungan sesama — antar pemuda — atas nama pemuda, sekaligus sebagai perwujudan dari agent of change yang dilekatkan kepada mereka.

FP3D, organisasi ini belum lama berdiri, kata orang “masih seumuran jagung”.
Sejarah pembentukan forum ini berpijak dari keresahan, banyak keresahan: kurangnya wadah diskusi, aksi, lalu muncul intuisi pemuda yang bersependapat, baik yang sedang berkuliah di Ibu Kota Provinsi ditambah dengan pemuda-pemuda yang berdomisili di Dharmasraya tak ketinggalan dukungan juga muncul dari pemuda-pemuda yang lagi berkuliah di kawasan Dharmasraya seperti Universitas Undari, dan Universitas Andalas kampus III yang ada di Dharmasraya walaupun mereka bukan putra daerah. Jadilah forum ini menjadi ranah bagi setiap pemuda Dharmasraya ataupun pemuda yang kebetulan sedang berdomisili di Dharmasraya.

Dalam organisasi pemuda yang baru ini, diharapkan pemuda anggotanya mampu mengatasi penyakit-penyakit yang membatasi kreatifitas pemuda. Seperti anggapan-anggapan negatif kepada pemuda serta meluruskan hobi nyeleneh seperti gemar judi, dll. Diharapkan dengan program-program forum ini ke depannya bisa mencegah itu semua dan pemuda bisa berkegiatan lebih positif dari sebelumnya.

Tantangan ke depan FP3D: Penyakit Organisasi!
Lantas apa saja yang menjadi penyakit suatu orgasasi yang membuat organisasi itu jalan di tempat bahkan bubar di tengah jalan?

Salah satunya: Ya, tak lepas dari asumsi-asumsi yang menjengkelkan.
Misalkan, ada pemuda dalam suatu organisasi membahas sejarahnya masing-masing. sepeti nostalgia sekolahan; tiba-tiba saja nostalgiatadi dikatakan sebagai rasisme, kampungisme dan terikat kelompok tertentu saja. Bagi saya, jika terjadi yang dibicarakan seperti itu, dengarkan saja, siapa tahu ada yang kangen masa-masa sekolah, bukan?

Selain itu, terdapat pula perbedaan-perbedaan. Untuk hal yang satu ini kita kembalikan saja kepada semboyan Bhineka Tunggal Ika dan belajar bersikap dari sana.

Nah, ini yang harus kita petik pelajaran dari "Bhineka Tunggal Ika".
Bangsa Indonesia sudah berabad-abad hidup dalam kebersamaan dengan keberagaman dan perbedaan. Perbedaan warna kulit, bahasa, adat istiadat, agama, dan berbagai perbedaan lainya. Perbedaan tersebut dijadikan para leluhur sebagai modal untuk membangun bangsa ini menjadi sebuah bangsa yang besar.

Sejarah mencatat bahwa seluruh anak bangsa yang berasal dari berbagai suku semua terlibat dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Semua ikut berjuang dengan mengambil peran masing-masing. Kita harus memahami kebersamaan yang terkandung dalam Bhineka Tunggal Ika ini. Sebagai pedoman guna terlaksananya kebersamaan dan sosialisasi — baik bercakupan — Primer ataupun Sekunder.

Inilah proses pemuda untuk menjalankan perannya untuk kedepan.
Membangun suatu peradaban untuk masa yang akan datang sangatlah mudah, andai saja kita selalu kompak dan solid, tentunya.

Ketua FP3D, M. Iqbal menuturkan:
“sajian ini perlu proses .Tentu ini tidak terlepas nanti dari kawan — kawan baik berupa ide dan gagasan, saya masih jauh dari pengetahuan ini masih ingin banyak belajar dari pengalaman- pengalaman para senior saya yang berada di Dharmasraya, demi tugas saya sebagai Ketua terpilih untuk pengurusan FP3D ini untuk Periode 2017–2019 saya akan mengabdi untuk Uumat dan bangsa” tegasnya

Dalam pemaparan yang singkat tapi bermakna ini saya yakin dengan kekompakan pemuda yang analitis-analitis akan terketuk hatinya untuk berjuang bersama.
Dan saya pribadipun sangat terkesan, akan kemajuan pola pikir pemuda Dharmasraya ini, saya juga pemuda Dharmasraya dan di samping itu saya sudah merasakan apa itu pemuda dalam kebersamaan dan memegang teguh arti Bhineka Tunggal Ika itu.

Di era baru ini kita harus memantapkan kembali langkah-langkah agar tidak tergerus atau tertinggal dalam menghadapi globalisasi.
Berandai-andai masa depan, biarkan masa depan datang dengan sendirinya, yang terpenting semua pemuda harus siap akan datang menghadapi perubahan yang disebut-sebut itu.
[Penulis: Dodi Abdullah]
Ilustrasi: NET* 



***

PROLOG

Di Indonesia banyak sekali cerita perihal asal-muasal terbentuk dan berdirinya suatu daerah, di mana setiap daerah memiliki sejarah atau ceritanya masing-masing, yang sampai saat sekarang masih menarik untuk diperbincangkan.

Berkaitan dengan judul yang saya paparkan di atas “Sungai Kambut: Kudengar dan Kutulis Ceritamu”, saya mengajak pembaca untuk berbicara sedikit tentang sebuah daerah yang dinamakan Sungai Kambut melalui beberapa alur cerita pendek; diawali dengan sejarah (yang saya rasa lebih tepatnya dongeng) dari penuturan nenek, kekhasan, hingga obrolan-obrolan saya dengan beberapa orang mengenai kampung halamanku — yang — secara geografis terletak di pulau paling barat Indonesia — Pulau Sumatra — , tempatnya di Provinsi Sumatra Barat, Kabupaten Dharmasraya, Kecamatan Pulau Punjung, Kenagarian Sungai Kambut.

Sangat detail sekali penyebutan alamatnya, kan?


Cerita Dari Nenek
Langsung saja, nama Sungai Kambut berasal dari dua suku kata “sungai” dan “gambuik” (gambut)*.

Konon, ada sebuah sungai yang dibantarannya terdapat lahan pertanian milik warga. Warga setempat selain bertani juga hobi berternak. Untuk kebutuhan makanan ternak-ternaknya, petani di daerah itu memberi makan mereka (ternaknya) dengan rumput gambut.

Adakalanya rumput gambut di sekitaran lahan mereka habis. Saat kehabisan rumput gambut di sekitar lahan mereka itulah, dari kejauhan mereka melihat ada lahan rumput gambut yang lain — kebetulan — lahan rumput gambut yang mereka lihat tersebut berada di seberang — dibela oleh sungai tadi.

Karena, lahan rumput yang satu tidak bisa dilewati dengan berjalan kaki menuju lahan di seberangnya, maka atas inisiatif mereka dibangunlah sebuah jembatan kecil seukuran jalan setapak dari sebilah papan.

Jembatan sederhana sepanjang tiga meter yang menghubungkan dua daerah itu tampak terbentang gagah di atas sungai. Setiap hari warga dan para petani yang sekalian mengambil gambut sudah bisa melewati sungai berkat bantuan jembatan itu.

Anehnya, setiap kali menginjakan kaki di atas jembatan saat membawa gambut, Gambut yang mereka bawa— selalu jatuh ke sungai dengan sendirinya — kejadian itu terjadi berulang-ulang. Tak ayal kejadian aneh itu memunculkan keheranan petani.

Dari rasa penasaran jatuhnya gambut ke sungai setiap kali melewati jembatan itulah, sesuai dengan tradisi orang-orang dulu, tercetus nama Sungai Gambut (Sungai Gambuik: dalam pengucapan Minang) untuk menamai daerah sekitar ladang mereka yang juga ditumbuhi rumput gambut pada dua sisi yang terpisah itu.
Begitulah cerita yang saya dengar langsung dari penuturan nenek. Cerita beliau amat panjang, tapi untuk kepentingan penulisan ini saya singkat saja.


"Sungai Gambut yang Khas"
Selain tempat berladang daerah sekitar bantaran sungai — Sungai Gambuik — juga merupakan tempat janjian masyarakat dengan masyarakat yang datang dari luar daerah. Seperti janjian bertemu, jual-beli, dsb.

Mengapa warga saat itu lebih memilih bertemu di Sungai Kambuik? Alasannya, mudah ditemukan! daerah itu sudah diketahui masyarakat luas lewat cerita Gambut yang jatuh ke sungai dan ditambah dengan adanya ikon jembatan dari sebilah papan tadi, sehingga para pedagang atau kerabat jauh yang ingin bertemu masyarakat sekitar tidak tersesat. Disepakatilah, mereka bertemunya di Sungai Gambut.
Nama Sungai Gambuik seiring berjalannya waktu mengalami perubahan. Masyarakat mengubah nama dari Sungai Gambuik menjadi Sungai Kambuik, tanpa alasan yang begitu jelas.


Sungai Kambut Dulu dan Kini (catatan seputar obrolan)
Daerah Sungai Kambut yang ditempati masyarakat saat ini bukanlah daerah Sungai Kambut yang ditempati masyarakat dahulu. Kabarnya, “dulu Sungai Kambut terletak di daerah Sungai Kilangan,” begitu kata masyarakat pribumi yang sering saya ajak ngobrol mengenai sejarah Sungai Kambut.

“Daerah sekarang merupakan daerah perluasan wilayah yang terjadi akibat aktivitas berladang, mereka yang memiliki hasrat untuk meluaskan ladang sedangkan lahan sudah penuh terpaksa membuat lahan baru di seberang sungai. Lahan baru inilah yang menjadi cikal bakal Sungai Kambut sekarang.” imbuh kata seorang warga yang saya ajak ngobrol di warung kopi.

“Begitulah, dengan adanya inisiatif memperluas lahan perladangan, mereka yang dari seberang sungai Batanghari (tempat asal), lama-kelamaan betah bermukim di daerah baru (Sungai Kambut sekarang) hingga bercucu-cucu. Maka lahirlah suatu pemukiman baru, daerahnya ya ini, Sungai Kambut yang sekarang ini.” seorang Bapak di warung itu menimpali.

Saya kembali mendengar seorang bapak berujar “Maka jangan heran, kalau pada umumnya masyarakat Sungai Kambut banyak memiliki lahan perkebunan baik itu perkebunan sawit atau getah di daerah Sungai Kilangan itu, ya, itu daerah asalnya, lho”.


SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE 7 NAGARI SUNGAI KAMBUT!

(Saya tulis ucapan singkat ini tepat di hari ulang tahun Sungai Kambut yang ke-7 di sebuah buku saku pengingat, November 2016)

isinya:
“Terlepas dari ekspektasi dan eksistensi Sungai Kambut serta mimpi-mimpinya, selamat ulang tahun kuucapkan Nagari Sungai Kambut, nagari kebanggaanku, tempat tumbuh, ceritaku tentang hidup menyatu dengan anggun alammu” — Dodi Abdullah, Sungai Kambut 2016


Wilayah Geografis Nagari Sungai Kambut

Nagari Sungai Kambut berasal dari sebagian wilayah Nagari IV Koto Pulau Punjung yang terdiri atas:
a. Jorong Koto Lamo;
b. Jorong Sungai Nili;
c. Jorong Muaro Mau;
d. Jorong Muaro Momong;
e. Jorong Lambau; dan
f. Jorong Sungai Kambut Dua.

Nagari Sungai Kambut mempunyai jumlah penduduk sebanyak 5.538 jiwa dan luas wilayah 85,44 Km2 dengan Pusat Pemerintahan Nagari terletak di Sungai Kambut.

Nagari Sungai Kambut mempunyai batas wilayah:
Sebelah Utara berbatas langsung dengan Nagari IV Koto Pulau Punjung;
Sebelah Selatan berbatas langsung dengan Kabupaten Solok Selatan;
Sebelah Barat berbatas langsung dengan Nagari Koto Nan IV Dibawuah Kecamatan IX Koto;
Sebelah Timur berbatas langsung dengan Nagari Sungai Dareh Kecamatan Pulau Punjung.

Kupersembahkan catatan kecil ini untukmu Sungai Kambut!
[Penulis: Robby Salam]

Robby Salam


***
“Dulu hidup saya berwarna dan kemudian menjadi gelap… Sekarang saya sudah menemukan warna itu kembali dalam hidup saya karena orang orang yang selalu iri kepada saya sudah mulai berkurang.”

Nama saya Robi Salam, saya sempat bertanya kepada keluarga tentang arti nama “Robi Salam” ini.

Ternyata,
Dulu sebelum saya punya nama atau diberi nama. Ayah saya bertanya kepada abang saya kira-kira “nama apa yang cocok untuk adik kamu ini?” kata ayah saya.
Kebetulan,

Ketika itu abang saya sedang mendengarkan lagu kasidah kesukaannya. Lirik lagunya begini “Yaa Robbi Salam Alaika…” diambillah nama “Robi Salam” berdasarkan penggalan dari lirik lagu kasidah kesukaannya itu.

Jadi,
Nama saya itu diambil dari sebuah lagu.
“Kenapa harus dari lagu? dari kitab Al-Qur’an kek atau buku kek hahahaha”meskipun dari sebuah lagu, nama saya itu memiliki arti yang sangat bagus. Robbi= nama Allah, Salam?? ya, setahu saya arti salam itu ucapan salam.
Saya tinggal di atas tanah, di bawah langit, tempatnya di Dharmasraya, dimana saya dibesarkan dan saya dilahirkan di negara tercinta yaitu “Indonesia” ciee…

Saya anak ke 4 dari 3 bersaudara. Dan saya mempunyai orang tua yang masih lengkap.
Meskipun saya di lahirkan dari keluarga yang sederhana, saya sangat bahagiah dan bersyukur kepada Tuhan.
Saya masih Sekolah dan sekarang sudah kelas I SMA.
Dulu hidup saya berwarna dan sekarang tiba tiba hidup saya berubah menjadi gelap, sangat gelap!

Ntah mengapa hidup saya sekarang berubah menjadi gelap. Saya memiliki cita-cita yang sangat tinggi yaitu ingin bekerja di negara sakura, Jepang atau ingin menjadi TKI di Jepang.

Saya ingin sekali tinggal dan bekerja di sana, maka dari itu saya belajar bahasa Jepang supaya saya bisa kesana suatu hari nanti. Amin. Tapi mengapa. “Mengapa semua orang menertawakan saya? mengapa semua orang mengejek saya? mengapa semua orang membully saya?? oh, apa gara-gara saya menghafal bahasa Jepang yang terdengar lucu?”

Bagi mereka yang selalu menertawakan, mengejek, dan membully saya, jelas mereka tidak merasakan apa yang saya rasakan.

Jika hal yang saya lakukan itu adalah salah saya terima itu semua. Tapi mengapa, mengapa mereka melakukan itu semua? padahal saya tidak melakukan kesalahan kepada mereka?

Setiap kali saya membuka kamus bahasa jepang dan saya mulai membaca, air mata saya keluar dan tiba-tiba menetes. Mereka tidak mengerti dengan perasaan saya saat ini.

Setiap saya selesai shalat, saya selalu berdoa, doa saya yang pertama iyalah “Menjadi GURU”. Saya sangat ingin sekali mempunyai guru bahasa Jepang karena saya tahu belajar bahasa Jepang itu sangat sulit.

Saya berpikir kalau semua ini penyebabnya iyalah kamus ini, tapi saya tidak pernah menyerah dan saya selalu tetap semangat. Hari demi hari saya selalu ditertawakan sampai sampai saya kepikiran apa yang mereka katakan kepada saya dan akhirnya… saya tidak fokus untuk belajar di sekolah!

Semakin banyak orang menertawakan saya, saya tidak kuat dan ingin pindah sekolah, dan beberapa guru tidak setuju saya pindah karena mereka ingin saya tetap bersekolah di SMA 2 Pulau Punjung ini. Mereka ingin saya “mengharumkan nama sekolah ini”.

Beberapa orang guru pernah kasih nasehat kepada saya, “kalau Robi ingin pindah sekolah dari sini bearti Robi dianggap KALAH, dong!!!” dan saya pun bingung kenapa saya dianggap kalah?

Ternyata, apa yang dibilang guru tersebut benar adanya. Jika saya pindah saya dianggap kalah karena semua orang yang menertawakan saya itu menjadi ibarat sebuah musuh dalam peperangan yang jika saya menyerah dengan pindah sekolah otomatis saya kalah dalam peperangan.

Tapi saya tetap berniat ntuk pindah.

Ketika malam hari saya dengan orang tua sedang membicarakan pindahan sekolah, ternyata abang saya mendengar semua pembicaraan saya dengan orang tua. Abang saya tidak setuju dengan keputusan saya untuk pindah dan dia ingin saya menyelesaikan semua masalah yang ada di sekolah.

Suatu hari, abang saya datang ke sekolah untuk menyelesaikan dan meminta tolong kepada guru supaya saya tidak seperti ini lagi.

Berjalannya waktu…
Mereka yang iri kepada saya sudah mulai berkurang mengejek saya dan saya mulai betah kembali di sekolah ini.
Dulu hidup saya berwarna dan kemudian menjadi gelap… Sekarang saya sudah menemukan warna itu kembali dalam hidup saya karena orang orang yang selalu iri kepada saya sudah mulai berkurang.

Saya bersyukur mempunyai keluarga dan saudara seperti ini. Ibu yang selalu mendoakan yang terbaik dan ayah selalu mendukung anaknya. Saya sangat bangga kepada kalian semua.
Kalian adalah pahlawan yang hadir di dalam hidupku.
Terima kasih untuk kalian yang sudah hadir di dalam hidupku. Aku berjanji akan membahagiakan ibu, ayah, dan saudaraku semua. Itu lah janji ku!

Arigatou Gonzaimasu…
[Penulis: Dodi Abdullah]



ilustrasi : NET (*)

***

Imajinasiku melayang ketika melihat bulan dan bintang berdampingan, diiringi oleh awan-awan yang nakal sambil menutupi sebagian terang sinar bulan. Bintang pun tersenyum di kala kedipnya menyapa imajinasiku.
Ku pandang lagi semesta alam yang hanya diterangi cayaha redup yang hampir tak tampak lagi oleh gumpalan awan nakal.

Bintang berbisik sambil berkedip kepada bulan lalu bertanya “mana sahabatmu?”, Bulan termenung mendengar tanya si Bintang.

“Temanku?” kata bulan sambil menundukkan kepala. “Ya! Temanmu mana?” kata Bintang.

Bulan mulai kesal dengan pertanyaan yang diajukan Bintang yang kemudian disusul oleh tanya bintang-bintang lain.

Sampai keesokan harinya. Datanglah teman si Bulan. Kebetulan saat itu ada satu Bintang yang posisinya dekat dengan si Bulan, lalu si Bintang bertanya dengan pertanyaan yang sama dengan saat malam “mana temanmu yang kamu janjikan itu Bulan?” Bulan pun tersenyum ketika mendengar pertanyaan itu datang lagi.

Bulan menjawab “sebentar lagi dia datang!”, jawaban itu membuat Bintang jadi tak sabaran ingin melihat teman Bulan. Perlahan-lahan teman si Bulang datang menghampiri dan “berapa lama kamu menungguku sobat? apakah kamu lelah menungguku? apakah kamu kesepian? apakah kamu takut sendirian?” tanyanya kepada Bulan.

Sambil tersenyum malu-malu berkatalah Bulan “aku merindukan pelukanmu teman, peluk aku dan jadikan pertemuan kita ini suatu bukti persahabatan kita.”
Tiba-tiba Bintang bertanya “siapa ini Bulan?”. Bulan pun menjawab “ini adalah sahabat sejatiku mari kenalkan namaya Matahari!” jawabnya dengan senyum yang begitu anggun. “Walaupun kami sering tak berjumpa, kami selalu berjanji pada waktu yang telah dijanjikan, kami selalu menepati janji ketika waktunya tiba, tak peduli dalam waktu yang panjang atau singkat, kami akan selalu jumpa. Hey, Bintang, lihat sebentar lagi kami akan menggemparkan isi semesta dengan pertemuan kami.” imbuhnya lagi.

Tiba-tiba, Bintang termenung dan bertanya penasaran “apa hal yang kalian ciptakan?” sedikit meremehkan. “Kami akan menciptakan satu gerhana sebagai bukti untuk memperlihatkan keindahan persahabatan kami dan jika saat itu datang, kami akan berpelukan dan saling melengkapi di antara cincin yang kami ciptakan, kemudian di saat yang bersamaan kami akan menepati janji lagi bahwa hari esok akan datang dan datang, datang lagi.” balas Bulan sambil mengerling kepada Matahari.

Begitulah cerita Bulan dan Bintang. Walaupun jarak yang sangat jauh tetapi dengan kesabaran dan rasa cinta-kasihlah yang akan mengantarkan mereka kepada kebahagiaan yang tak ternilai. Walau hanya akan dipertemukan sebentar saja, tetapi yang sebentar itu akan melekat di kepala-kepala bagi yang melihat dan mempercayai keberadaan mereka.

Padang, 16 Februari 2017 Dini Hari, untuk sahabat-sahabatku yang dirundung kesepian, kerinduan yang teramat dalam

“no love without freedom, no freedom without love” kata penyair


[Penulis: Dodi Abdullah]

Foto: Lapak Baca Bulan Puasa FP3D


***

Kehadiran ide dan gagasan adalah suatu titik terang yang akan membawa kita ke titik ujung penerangan, bahkan melebihi keinginan yang akan dicapai.

Awal mulanya saya ingin menceritakan terlebih dahulu tentang kegelisahan di waktu yang telah lama berlalu. Kami dan kawan-kawan ingin mengangkat derajat pemuda yang sangat antusias akan adanya pergerakan, kemajuan, kekompakan dan apalah itu.

Ya, semacam itulah pemikiran yang sering kami bincangkan dan kami rasakan. Rasanya kami berdiri di mimbar dan berkoar-koar akan hal — yang — seide tadi.

Adakala dengan termenung kami memikirkan “Bagaimana bisa mewujudkan kesatuan itu?” kepala-kepala yang baru tumbuh ini memikirkannya. Perjalanan semakin seru dijalani dan dilewati. Akankah seperti ini terus, selamanya?

Sontak, ada seorang sahabat yang sangat rindu akan kenangan nostalgia di waktu mahasiswanya. Seorang demonstran, aktivis dan sekarang pemimpin suatu forum pemuda yang ada di kampung halamannya.

“Yaaaa, kita ciptakan itu!” kata seorang sahabat saya dengan suara lantang.

Lalu saya bertanya tentang apa yang dipikirkannya itu, dengan dua bola mataku yang menghadap kepada sahabat saya tadi. Lalu perawalan kata dia ucapkan dengan tangan yang bergerak seperti hebatnya beretorika, layaknya seorang aktivis di tengah demonstrasi.

Di hadapanku dia mengucapkan “kita butuh wadah yang layak untuk kelompok pemuda dan kawan-kawan,”

Lalu tiba-tiba ada yang mengacungkan telunjuknya, dengan suara lantang bersemangat, seakan berapi-api menanggapi “SAYA SEPAKAT!!!”

Kami pun termenung dengan teriak yang sangat histeris itu, semangat yang membawa dia untuk berteriak “seakan cahaya perubahan” yang datang menghampiri diskusi kami di sore itu.

Panjang cerita, kami mulai membincangkan secara serius memikirkan ide yang cemerlang itu.

Beberapa jam kemudian diskusi hangat dan penuh semangat berlangsung. Seiring berjalannya diskusi yang diadakan dan Alhamdulillah terciptalah wadah yang sangat dinanti-nanti oleh para pemuda.

“FP3D” namanya, ya ya ya. Itu nama yang kami sepakati untuk memulai cerita di balik FP3D ini.

Nama ini sangat memiliki arti yang sangat mendalam dan sangat hati-hati kami berikan, dengan nama FP3D yang berarti “Forum Pemuda Pemudi Peduli Dharmasraya”.

Logo: FP3D




Sepanjang waktu kami selalu mendiskusikan tentang apapun yang ada di Dharmasraya. Karena forum kami ini tujuannya “untuk meningkatkan eksistensi pemuda Dharmasraya itu sendiri”.Tidak cuma eksistensi pemuda Dharmasraya saja, eksistensi dari masyarakat Dharmasraya sangat diperlukan, karena pemudalah yang memiliki poweruntuk mengubah Dharmasraya itu sendiri.

Banyak yang bertanya “kenapa kita harus peduli terhadap Dharmasraya? Apa yang kita pedulikan? Untuk apa? Tujuannya apa?”

Banyak pertanyaan yang muncul seakan memacu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Bahkan, di bulan puasa kemaren FP3D menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menjengkel itu.

Terjawablah sendiri pertanyaan itu, tanpa kami memberikan jawaban ternyata ada yang tersadar sendiri ketika melihat aktivitas itu.

Setiap pukul 15:00 WIB, kami membentangkan buku-buku koleksi kami untuk dibaca oleh masyarakat Dharmasraya sendiri hingga pukul 18:00 WIB sebelum berbuka puasa.

Itu cukup untuk menjawab pertanyaan jika menyangkut tentang apa yang kita pedulikan untuk Dharmasraya.



Nah, kenapa harus buku? Karena pengetahuan itu datangnya dari sumber terpercaya dong? Yaa, buku yang cocok untuk digunakan untuk pengetahuan.

Disamping itu, yang sangat disayangkan tingkat atau peminat baca di Indonesia itu nomor 60 dari 61 negara yang telah diteliti.

Berdasarkan studi “most littered Nation in the world” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada maret 2016 lalu.

Menurut yang telah saya baca di Kompas https://www.google.co.id/amp/s/app.kompas.com/amp/edukasi/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan.ke-60.dunia

Padahal dari segi infrastruktur untuk meningkatkan minat baca di Indonesia di atas negara-negara Eropa loh. Cukup bagus di peringkat 34 pada tingkat sarana prasarananya.

Lalu apa yang mengakibatkan ketertinggalan Indonesia sampai ke peringkat 60 untuk minat bacanya?

Ini yang menjadi pokok penting dari program yang dijalankan oleh FP3D sendiri untuk meningkatkan minat baca di Indonesia, terutama di Dharmasraya, di mana tempat berdomisili FP3D itu sendiri.

Foto: Lapak Baca Fp3d Bulan Puasa/Dok. Dodi Abdullah


Foto: Lapak Baca Fp3d Bulan Puasa


Begitulah cerita dari terbentuknya suatu forum itu sampai proses kerjanya dan kepedulian terhadap Dharmasraya itu sendiri. Semoga jaya dan terus bergerak FP3D untuk meningkatkan eksistensi Dharmasraya. Kita peduli, kita pemuda, kita bergerak dan kita berhasil.

[Penulis: Dodi Abdullah]




Foto: Ilustrasi 
***
Pernah suatu ketika, saya ditanya tentang bagaimana menjalankan kepemimpinan agar komunitas yang dipimpin menjadi semakin dinamis, berkembang, dan maju?
Pertanyaan sederhana itu saya jawab dengan tiga pilihan dalam menjalankan kepemimpinan yaitu; menjaga, memelihara, dan mengubah.
Seorang pemimpin lebih memilih gaya menjaga, sementara lainnya lebih menyukai gaya memelihara. Selain itu, ada pula pemimpin yang menyukai untuk melakukan perubahan-perubahan. Setiap orang ketika menjalankan kepemimpinan akan memilih gaya tersendiri yang berbeda dari yang lainnya.
Seseorang karena kehati-hatiannya, lebih memilih gaya menjaga. Pemimpin semacam itu selalu taat pada tata tertib atau peraturan yang berlaku. Rasanya pemimpin seperti ini sangat cocok untuk birokrasi pemerintah. Tatkala akan mengambil kebijakan, yang dicari aturan atau payung hukum yang dimaksud itu, maka lebih baik diam, karena takut akan resiko atas keputusan yang diambil.
Pemimpin yang bertipe panjaga seperti itu selalu berorientasi pada keamanan, bahwa yang terpenting bagi mereka adalah aman. Cara berpikir dan bekerjanya berorientasi jangka panjang pada umumnya.
Seperti penjaga gardu keamanan, pintu kereta api, penjaga toko, gudang, atau rumah.
Seseorng penjaga gudang akan bergerak manakala apa yang dijaga ada yang menggangu. Seorang penjaga gudang akan bergerak manakala gudangnya terancam kebakaran, misalnya. Demikian pula sikap sebagai penjaga lain dari yang lain pada umumnya.
Perilaku yang selanjutnya adalah sebagaimana seorang pemelihara, maka ia akan bertangung jawab atas kelangsungan hidup yang dipeliharanya.
Seorang pemelihara kebun, contohnya, maka ia akan berusaha agar kebunnya menjadi tumbuh dan berkembang. Peran sebagai pemelihara lebih aktif dan agresif dari pada sekedar menjaga.
Pemimpin yang bergaya pemelihara, maka ia akan mencari cara memimpin institusi atau komunitas agar tetap hidup, berkembang, dan maju.
Selanjutnya, berbeda dari kedua tipe kepemimpinan di atas. Ada satu tipe lagi, ya, pemimpin yang selalu melakukan perubahan-perubahan.
Pemimpin seperti itu selalu ingin merubah apa saja yang dipimpinnya agar menjadi lebih sempurna. Pemimpin bertipe pengubah biasanya tidak mau terbelenggu dengan tata tertib atau peraturan yang seharusnya ditaati.
Mari kita kembalikan kepada jiwa pemimpin kita masing-masing, apakah mekanisme kepemimpinan kita ada dari salah satu yang diatas.? Pemimpin harus bisa mengambil keputusan dan tanggung jawab.